Institusi pendidikan tinggi, khususnya yang berfokus pada profesi kesehatan seperti Akademi Kebidanan Prestasi Agung, memiliki tanggung jawab ganda: mencetak tenaga ahli yang kompeten dan individu dengan integritas moral tinggi. Dalam konteks ini, disiplin menjadi fondasi utama. Meskipun istilah “Pidana Militer” secara harfiah merujuk pada hukum yang berlaku bagi prajurit TNI, konsep inti yang mendasarinya—disiplin yang ketat, kepatuhan hierarkis, dan pertanggungjawaban profesional yang tinggi—sangat relevan untuk diadopsi dalam program kerja Senat Mahasiswa.
Artikel ini akan mengupas bagaimana Senat Akademi Kebidanan Prestasi Agung dapat mengambil perspektif baru dari prinsip-prinsip Hukum Pidana Militer, menerjemahkannya menjadi program kerja yang inovatif, impactful, dan relevan, sehingga menciptakan lulusan yang tidak hanya terampil, tetapi juga berkarakter unggul.
Dari Baris Militer ke Etika Bidan: Relevansi Konsep Pidana Militer
Mengapa sebuah Akademi Kebidanan perlu melihat konsep Pidana Militer? Jawabannya terletak pada kesamaan fundamental antara profesi militer dan profesi bidan: keduanya berurusan dengan nyawa, presisi, dan tanggung jawab etis yang tidak dapat ditawar.
1. Disiplin Hierarkis dan Kepatuhan Prosedur
Dalam dunia militer, perintah dan prosedur harus dilaksanakan dengan presisi absolut karena kesalahan dapat berakibat fatal di medan perang. Demikian pula dalam praktik kebidanan, ketaatan pada Standar Prosedur Operasional (SPO) dan pedoman klinis adalah wajib. Sedikit kelalaian dalam penanganan ibu atau bayi dapat berdampak tragis.
- Implementasi Senat: Senat dapat mengadopsi program pelatihan yang menekankan kepatuhan prosedur klinis sebagai bentuk disiplin tertinggi. Misalnya, simulasi penanganan darurat yang mewajibkan kepatuhan langkah demi langkah yang ketat, menanamkan budaya “tidak ada kompromi terhadap prosedur.”
2. Pertanggungjawaban Profesional (Akuntabilitas)
Hukum Pidana Militer sangat ketat dalam menuntut pertanggungjawaban prajurit atas setiap tindakannya. Prinsip ini harus diterjemahkan menjadi akuntabilitas profesional bagi mahasiswa kebidanan.
- Implementasi Senat: Menggagas Workshop Etika dan Hukum Kesehatan yang mendalam, bekerja sama dengan dosen dan praktisi hukum, untuk membahas sanksi (bukan pidana militer, tetapi sanksi etika profesi) atas malpraktik dan pelanggaran kerahasiaan pasien. Program ini akan menumbuhkan kesadaran bahwa “kesalahan” di dunia kebidanan memiliki konsekuensi hukum dan moral yang berat.
3. Integritas dan Anti-Korupsi Akademik
Prinsip integritas militer menolak segala bentuk pengkhianatan dan penyalahgunaan wewenang. Di lingkungan akademik, ini berarti menjunjung tinggi kejujuran.
- Implementasi Senat: Memperkuat “Kode Kehormatan Akademik” yang ketat mengenai plagiarisme, kecurangan ujian, dan pemalsuan data. Senat dapat membentuk tim peer-to-peer disiplin yang berfungsi untuk mengawasi dan memberikan edukasi dini tentang integritas, mencontoh mekanisme penegakan disiplin internal yang tegas.
Program Kerja Senat yang Inovatif Berbasis Prinsip Militer
Program kerja Senat Akademi Kebidanan Prestasi Agung dapat menjadi benchmark dengan mengintegrasikan perspektif baru ini ke dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
1. Pelatihan Leadership dan Teamwork Taktis
Daripada sekadar outbound biasa, Senat dapat menyelenggarakan kegiatan yang meniru latihan taktis untuk meningkatkan koordinasi tim, pengambilan keputusan cepat di bawah tekanan, dan kepemimpinan situasional.
- Nama Program: “Bidan Garis Depan: Situational Leadership dan Koordinasi Klinis”
- Aktivitas: Role-playing skenario persalinan darurat yang membutuhkan komunikasi (SBAR) yang efisien, delegasi tugas yang jelas, dan kecepatan respons, layaknya unit komando militer yang menjalankan misi.
2. Penguatan Mental dan Daya Tahan (Resiliensi)
Dunia militer mengajarkan daya tahan fisik dan mental. Profesi bidan juga membutuhkan resiliensi tinggi, terutama saat menghadapi kasus sulit, tekanan kerja, dan trauma emosional.
- Nama Program: “Resiliensi Bidan: Manajemen Stres Klinis dan Mental Toughness“
- Aktivitas: Sesi rutin bersama psikolog klinis yang fokus pada strategi coping pasca-penanganan kasus traumatik. Ini memastikan bahwa mahasiswa siap secara mental menghadapi realitas lapangan yang keras, bukan hanya teori.
3. Sistem Pembinaan Berjenjang Mentoring
Dalam militer, bimbingan dilakukan secara berjenjang dari senior ke junior. Senat dapat mengadopsi struktur ini untuk meningkatkan kualitas akademik dan karakter.
- Nama Program: “Sistem Patroli Akademik Senior-Junior”
- Aktivitas: Mahasiswa tingkat akhir (Senior) menjadi “Mentor Disiplin Klinis” bagi mahasiswa tingkat awal. Mereka mengawasi dan membimbing junior dalam hal kerapihan penampilan, kepatuhan waktu, hingga penguasaan keterampilan dasar (misalnya, prosedur mencuci tangan), menanamkan budaya excellence dari atas ke bawah.
Manfaat Jangka Panjang: Mencetak Bidan yang Siap Tempur
Adopsi perspektif disiplin yang ketat, meskipun tanpa mengadopsi sistem militer secara fisik, akan memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan bagi lulusan Akademi Kebidanan Prestasi Agung.
1. Peningkatan Kualitas Layanan Kesehatan
Bidan yang disiplin akan lebih patuh pada pedoman klinis, meminimalkan kesalahan, dan secara konsisten memberikan layanan yang berkualitas tinggi. Ini secara langsung berkontribusi pada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
2. Reputasi Institusi yang Kuat
Lulusan yang menunjukkan disiplin dan integritas tinggi akan meningkatkan reputasi Akademi Kebidanan Prestasi Agung di mata pengguna lulusan (rumah sakit, klinik, Puskesmas), menjadikan almamater sebagai produsen tenaga kerja yang andal dan tepercaya.
3. Adaptabilitas di Berbagai Sektor
Disiplin yang ketat adalah keterampilan yang dapat ditransfer. Lulusan tidak hanya unggul di ruang bersalin, tetapi juga siap bekerja di bawah tekanan di berbagai lembaga, termasuk lembaga yang menuntut kedisiplinan tinggi seperti dinas kesehatan militer atau lembaga bencana.
Mengatasi Kesalahpahaman: Beda Disiplin dan Otoritarianisme
Penting untuk diingat bahwa adopsi perspektif ini bukan berarti menciptakan lingkungan kampus yang otoriter atau kaku. Fokus utama adalah pada disiplin diri, tanggung jawab kolektif, dan kepatuhan terhadap standar profesional, yang semuanya bertujuan untuk perlindungan pasien.
Senat harus memastikan bahwa program kerja ini dikemas secara edukatif dan transformatif, bukan hukuman. Tujuannya adalah menanamkan kesadaran kritis bahwa dalam profesi kesehatan, disiplin pribadi adalah kunci keberhasilan kolektif dan keselamatan pasien.
Pidana Militer, dalam konteks ini, berfungsi sebagai analogi yang kuat untuk menekankan betapa pentingnya zero tolerance terhadap kelalaian dalam profesi yang berkaitan langsung dengan nyawa.
Kesimpulan: Bidan Berkarakter Unggul
Melalui inovasi dalam program kerja, Senat Akademi Kebidanan Prestasi Agung dapat menjadi pelopor dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip disiplin tinggi ke dalam kurikulum pembentukan karakter. Dengan menerjemahkan ketegasan Hukum Pidana Militer menjadi akuntabilitas profesional dan integritas etis, institusi ini tidak hanya mencetak Bidan yang cerdas, tetapi juga Bidan yang memiliki jiwa disiplin tempur dalam menjaga kesehatan ibu dan anak.
Masa depan profesi bidan membutuhkan tidak hanya kecerdasan intelektual, tetapi juga ketangguhan mental dan integritas moral yang teruji. Inilah perspektif baru yang akan membawa Akademi Kebidanan Prestasi Agung ke tingkat keunggulan berikutnya.
Baca Juga: Mengajak Suami Siaga: Bagaimana Kelas Ayah oleh Mahasiswa Kebidanan Mengubah Peran Keluarga